Kali ini ceritakananak.blogspot.com akan menampilkan cerita anak: "Pippo Kurcaci Dan Negeri Kehidupan"
Pippo kurcaci tinggal dinegeri kehidupan. Disana, matahari
bersinar cerah dan hutan menyediakan banyak buah dan biji-bijian. Namun, Pippo
kurcaci tidak bahagia tinggal disana.
Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini pippo kurcaci bangun
saat matahari telah tinggi. Sinar matahari yang panas menyinari wajah Pippo
kurcaci, Itu membuatnya terkejut.
“Oh!” gumam Pippo kurcaci. Ia harus segera pergi kehutan
mencari buah-buahan dan biji-bijian, jika tidak ingin kelaparan.Pippo kurcaci
berjalan menuju hutan dengan malas. Matahari yang bersinar terikmembuatnya
kepanasan. Selain itu, Pippo kurcaci belum mengisi perutnya dengan apapun
kecuali segelas air putih yang iapunya. Ia tidak sedikitpun memiliki makanan.
Saat Pippo kurcaci berjalan menuju hutan, ia berpapasan
dengan kurcaci-kurcaci lainnya. Masing-masing membawa sekeranjang penuh bekal
yaitu buah-buahan dan biji-bijian dipunggung.
“Hai,Pippo!”
sapa Torra kurcaci. “Mau kemana?”
Pippo kurcaci menggerutu. Teman-temannya tahu iahendak pergi
kemana.Kenapa harus bertanya? Teman-teman Pippo kurcaci tertawa terbahak-bahak
melihat wajah Pippo kurcaci cemberut.
“Apa yang
akan kau dapat di hutan siang-siang gini?” senyum Pobi kurcaci.
Lagi-lagi Pippo kurcaci menggerutu.
Tentu saja teman-temannya tahutentang buah-buahan dan biji-bijian yang akan ia
dapatkan. Kenapa hal itu harus ditanyakan?
Pippo tidak menjawab. Ia terus melangkah memasuki hutan
diiringi tawa teman-temannya. Sepanjang siang hingga sore, Pippo kurcaci berada
di hutan. Ia hanya mendapatkan buah-buahan yang telah busuk dan sedikit
biji-bijian.
“Huh!”
gerutu Pippo kurcaci.
“Hutan tidak
pernah berbaik hati padaku. Aku selalu saja mendapatkan buah-buahan yang telah
membusuk dan sedikit biji-bijian.” Ujar Pippo kurcaci.
Hari
telah sore ketika Pippo kurcaci keluar hutan. Tiba dirumah, Pippo kurcaci
mencuci baju-bajunya. Tetapi matahari telah terbenam sehingga cucian baju Pippo
kurcaci tidak kering.
“Huh!”
Matahari tidak pernah berbaik hati kepadaku. Setiap kali aku mencuci baju,
matahari tidak lagi bersinar sehingga bajuku tidak kering”, gerutu Pippo
kurcaci.
Keesokan harinya,Pippo kurcaci pergi
ke istana menghadap Ratu kurcaci. “Aku ingin Ratu menghukum hutan karena hanya
memberiku buah-buah yang telah membusuk dan sedikit biji-bijian. Juga,
menghukum matahari karena telah membuat cucian bajuku tidak cepat kering”, mohon
Pippo kurcaci pada Ratu kurcaci.
Bebereapa saat Ratu kurcaci
berpikir, lalu ujarnya, “benarkah hutan dan matahari tidak adil?”
“Ya!” jawab
Pippo kurcaci. “Hutan hanya memberi buah-buahan segar dan biji-bijian pada
teman-temanku. Matahari juga hanya mengeringkan baju mereka!”
Ratu kurcaci meminta pengawal
kerajaan untuk menghadirkan teman-teman Pippo kurcaci ke istana. Ratu kurcaci
bertanya kepada teman-teman Pippo kurcaci, “Apa yang telah hutan berikan pada
kalian selama ini?”
Teman-teman Pippo kurcaci yang hadir
di istana menjawab serempak, “Hutan telah memberi kami buah-buahan yang segar
dan banyak biji-bijian”.
“Dan apa yang telah matahari berikan
pada kalian selama ini?” tanya Sang Ratu kurcaci
Teman-teman Pippo kurcaci menjawab
serentak, “Matahari telah memberi kami sinar yang terang sehingga cucian baju
kami cepat kering”.
“Betul yang aku katakan, bukan?”
gerutu Pippo kurcaci.
Akan tetapi,Pippo kurcaci terkejut
melihat Ratu kurcaci menggelengkan kepala. “Coba tanyakan dulu pada
teman-temanmu. Kapan biasanya mereka bangun!”
“Kami bangun saat matahari belum
terbit”, Jawab teman-teman Pippo kurcaci.
“Coba tanyakan kembali pada
teman-temanmu, kapan biasanya mereka pergi kehutan mencari biji-bijian dan
buah-buahan!” kata Ratu kurcaci.
“Kami pergi kehutan pagi-pagi
sekali. Disaat hewan-hewan belum bangun dan belum memakan buah-buahan dan
biji-bijian”. Jawab teman-teman Pippo kurcaci.
“Coba tanyakan pula pada
teman-temanmu, kapan biasanya mereka mencuci baju!” ujar Ratu kurcaci.
“Kami mencuci saat matahari masih
bersinar terang”. Jawab teman-teman Pippo kurcaci.
“Sekarang jawab pertanyaanku, apakah
kau melakukan hal yang sama seperti teman-temanmu?” tanya Ratu kurcaci pada
Pippo kurcaci.
Pippo
kurcaci menggeleng, lalu menunduk malu. Kini, Ia mengerti. Ia yang kurang
pandai mengatur kegiatan/waktu.
0 komentar:
Posting Komentar